luar negeri
Gawat! Teroris Isnilon Hapilon Diduga Kabur dari Marawi
Gawat! Teroris Isnilon Hapilon Diduga Kabur dari Marawi
Mixberita. Isnilon Hapilon yang merupakan komandan sayap kelompok Abu Sayyaf, diduga telah kabur dari medan pertempuran di Marawi, Provinsi Lanao del Sur, Pulau Mindanao, Filipina. Komandan militer bagian barat Mindanao, Letnan Jenderal Carlito Galvez mengatakan begitu karena timnya tak kunjung melihat pria yang belakangan dinobatkan sebagai pemimpin kekhalifahan ISIS di ASEAN tersebut.
Padahal pemerintah sudah memerintahkan perburuan terhadap teroris paling dicari oleh Amerika Serikat tersebut. Sarjana teknik Universitas Filipina itu diburu setelah mengibarkan bendera hitam ISIS dan mengancam akan menjadikan Marawi, kota dengan penduduk Muslim terbanyak di Filipina, sebagai Negara Islam.
Hapilon juga digadang-gadang sebagai orang yang bertanggung jawab memulai konflik bersenjata di Marawi. Ia bekerja sama dengan pemberontak Maute dan memaksa Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengisolasi Marawi jadi Wilayah Darurat Militer.
“Dia (Hapilon) belum menampakkan batang hidungnya di sini. Kami menerima beberapa laporan bahwa dia sudah bisa menyelinap ke suatu tempat, tetapi sampai sekarang kami masih belum bisa memastikan kebenarannya,” urai Galvez dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio DZBB, seperti disitat dari The Star, Minggu (25/6/2017).
Mengenai kemungkinan Hapilon sedang dalam pelariannya, Galvez tidak menepis. Menurut dia, hal itu bias saja terjadi karena kabarnya mereka menderita kekalahan besar. Banyak anggotanya terbunuh dan terluka.
Hingga saat ini, Marawi masih tertutup. Selama Idul Fitri, gencatan senjata sementara menghentikan pertempuran. Akan tetapi, genderang perang kembali ditabuhkan lewat pukul 14.00, seperti yang dijanjikan.
“Operasi militer terus berlangsung, baku tembak tak terhindarkan. Meski begitu, kami memperoleh hasil yang substansial,” sambungnya.
Isnilon Hapilon bernama asli Abu Abdullah. Dia lahir di Filipina pada 18 Maret 1966. Namanya semakin melambung ketika dia menyatakan sumpah setia kepada pemimpin ISIS Abu Bakar al Baghdadi pada 2016.
Keterlibatannya di dunia ekstremisme dimulai sejak lulus kuliah. Pertama-tama, dia bergabung ke Front Nasional Pembebasan Moro (MNLF). Baru setelah MNLF berdamai dengan pemerintah, dia pindah ke Abu Sayyaf.
Analisis keamanan Filipina melaporkan, Hapilon belakangan diakui sebagai emir atau pemimpin kekhalifahan ISIS di Asia Tenggara. Kejahatannya terbilang banyak, dia pernah menculik 20 orang dari resor wisata Dos Palmas di Teluk Honda, Palawan. Di antara para sandera adalah tiga warga Negara Amerika Serikat.
Sejak saat itu, Washington mendata Hapilon sebagai buronan. Negeri Paman Sam menghargai kepalanya senilai USD5 juta atau Rp6,7 triliun.