Belum lama, ini dua orang melakukan bunuh diri dan merekamnya serta menyiarkannya di Facebook. Pertama dilakukan oleh Pahinggar Indrawan alias Indra, warga Jagakarsa, Jakarta Selatan. Korban menyiarkan secara langsung melalui akun media sosial. Motifnya karena kecewa dengan istrinya.
Pada Kamis malam lalu, warga Jatiasih, Kota Bekasi, Yohanes Praga Janu Peragupi merekam detik-detik menjelang gantung diri di rumahnya. Rekaman itu kemudian dikirim ke pacarnya. Diduga motifnya karena asmara lantaran pacar korban punya kekasih lain.
Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Sunyoto Usman mengatakan, kasus bunuh diri lalu disiarkan di media sosial seperti Facebook merupakan fenomena memanfaatkan media sosial untuk pembenaran atas perilaku mereka.
“Tujuannya agar yang menonton merasa iba, sehingga para netizen menganggap wajar yang dilakukan korban lantaran masalah sudah tak bisa diselesaikan,” kata Sunyoto saat dihubungi wartawan, Minggu (9/4).
“Kalau zaman dahulu kan medianya surat, kalau sekarang mereka memanfaatkan media sosial, mereka ingin mencari alasan agar tindakannya dianggap benar oleh yang menonton,” kata dia.
Menurut Sunyoto, saat ini negara maju sudah memiliki lembaga konseling khusus menangani persoalan hidup. Sehingga, warga yang bermasalah memiliki wadah untuk mencurahkan isi hati dan meminta pandangan sebagai jalan keluar atas persoalan yang sedang dihadapi.
“Paling tidak bisa meringankan persoalan yang sedang dihadapi. Tapi, bilapun ada lembaga konseling yang khusus menangani ini nyatanya belum efektif,” katanya.
Sudah saatnya, pemerintah memiliki lembaga tersebut. Sebab, yang terjadi saat ini adalah fenomena harapan hidup warga yang tidak berbanding lurus dengan kenyataan.
“Selisih antara harapan dan kenyataan itu yang tidak bisa ditolelir oleh warga saat ini,” ujarnya.
Selain itu, organisasi keagamaan pun harus bergerak memperhatikan fenomena ini. Mereka harus aktif memberikan penyegaran rohani yang menjadikan warga dengar dengan penciptanya.
Namun, sayangnya organisasi keagamaan kini lebih berfokus terjun bebas pada politik praktis. Sehingga, kurang memperhatikan pada kesejahteraan umat, karena cukup penting agar umat dekat dengan penciptanya.