Nasional
Ternyata Penulis Buku Jokowi Undercover Ambil Sumber Hasil Googling dan Gosip Medsos
Penulis buku “Jokowi Undercover,” Bambang Tri Mulyono (BTM) telah ditangkap dan ditahan Bareskrim di Polda Metro Jaya sejak Jumat (30/12) lalu.
Polisi menangkapnya setelah memeriksa beberapa ahli, saksi ahli, dan terakhir membuat laporan polisi model A dan meningkatkan kasus ini ke penyidikan. BTM ditangkap karena dituduh menyebar kebencian suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) dan fitnah terhadap Kepala Negara.
“Kita lakukan pemeriksaan kepada saudara BTM dan dari keterangannya dia mengambil bahan buku ini dari medsos atau dari obrolan dunia maya. Dia analisa sendiri dia kumpulkan, kemudian dia simpulkan sendiri,” kata Karo Penmas Polri Brigjen Rikwanto di Mabes Polri Selasa (3/1).
Sehingga, masih kata Rikwanto, akhirnya menjadi narasi yang seolah-olah itu adalah sebuah kebenaran yang dituangkan dalam sebuah buku. Termasuk soal foto Jokowi yang diperbandingkan dengan menggunakan fotometrik
“Kita tanya dari mana, saudara BTM memiliki kemampuan itu, dia jawab cari di Google, dari Google ada petunjuknya, kemudian dia membandingkan foto satu dengan foto lainnya dengan caranya sendiri, sehingga dia simpulkan cocok oleh dirinya sendiri,” lanjutnya.
Isi buku ini tidak ada studi yang komprehensif dan akademis yang dibenarkan. Tidak ada sama sekali check dan recheck atau survei di lapangan ataupun mencocokan dengan sumber yang penting.
“Jadi kita anggap buku ini sama saja mencemarkan nama orang. Dia mencetak bukunya sendiri, dipesankan lewat internet juga, kita sedang lacak cetaknya di mana tempatnya. Dia juga promosikan lewat internet, sore ini kita akan periksa, sudah berapa pemesan, siapa saja,” sambungnya.
Tersangka dalam pengakuannya juga pernah berusaha melobi penerbit tertentu untuk menerbitkan bukunya tapi ditolak karena sama sekali tidak bisa dipertanggungjawabkan isinya.
Saat disinggung kenapa tidak membiarkan saja buku “sampah” itu tanpa harus rumit memidanakannya, Rikwanto menjawab, “Tidak sederhana itu ya, itu menyangkut kepala negara, dan orang banyak. Jadi orang terpengaruh dengan buku ini. Harus ada ketegasan buku benar atau tidak, ternyata tidak benar. Dia telah menyebarkan kebohongan.”
Pelaku punya motif ingin dikenal masyarakat karena bukunya itu.