Nasional

Sudah Tertutupkah Pintu PDI-P untuk Ahok?

MixBerita.com – DPD PDI-P DKI Jakarta menggelar konsolidasi dan pemantapan pengurus PDI-P se-Jakarta Selatan di GOR Bulungan, Jakarta Selatan, Minggu (10/4/2016).

Sekitar seribuan kader PDI-P dari berbagai wilayah di Jakarta Selatan datang dalam acara yang dihadiri Ketua DPP Bidang Organisasi Djarot Saiful Hidayat, Ketua DPD PDI-P DKI Jakarta Bambang Dwi Hartono beserta sejumlah anggota Fraksi PDI-P di DPRD DKI Jakarta.

Pada kesempatan itu, Djarot sempat dielu-elukan para kader yang datang sebagai “gubernur”. Hal itu terjadi saat pria yang kini menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta ini akan menyampaikan kata sambutannya.

Kepada para kader, Djarot sempat menanyakan statusnya di acara itu. “Saya di sini berbicara sebagai apa nih? Sebagai kader partai, sebagai wakil gubernur atau sebagai gubernur?” tanya Djarot.

“Calon gubernur, calon gubernur, sebagai calon gubernur!” teriak para kader PDI-P.

Beberapa orang lainnya bahkan menyebutnya sebagai gubernur. “Djarot gubernur, Djarot gubernur.”

Dalam sambutannya, Djarot sempat menyebut arti penting Pemilihan Kepada Daerah (Pilkada) DKI Jakarta 2017. Menurut dia, memenangi Pilkada DKI Jakarta merupakan garansi untuk memenangi pemilihan umum di tingkat nasional pada 2019.

Ia mencontohkan kemenangan pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama pada Pilkada DKI 2012. Saat itu, Jokowi-Basuki merupakan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung PDI-P dan Gerindra.

“Kalau kita ingin menang 2014, kita harus menang terlebih dahulu di Pilkada DKI 2012. Alhmdulilah 2012 kita menang, dan alhamdulillah 2014 PDI-P jadi nomor satu di Jakarta dan Indonesia. Ini fakta sejarah,” kata dia.

Djarot berharap semangat para kader saat memenangkan Jokowi-Basuki pada 2012 bisa diulangi lagi pada Pilkada 2017.

“Kita harus punya semangat yang sama bagaimana kita bisa mengkonsolidasi partai, memberikan penyadaran lahir dan batin untuk menghadapi pertarungan pada Pilkada 2017 dengan semangat gorong royong,” kata Djarot.

Saat ini, PDI-P merupakan fraksi terbesar di DPRD DKI dengan 28 kursi. Mereka juga tercatat menjadi satu-satunya partai yang bisa mengusung pasangan calon gubernur dan wakil gubernur tanpa harus berkoalisi dengan partai lain.

Namun, di sini lain, hasil survei yang dilakukan beberapa lembaga kajian menyatakan elektabilitas gubernur petahana Basuki Tjajaja Purnama masih yang tertinggi dibanding tokoh-tokoh lainnya, tak terkecuali kader-kader PDI-P. Basuki atau Ahok bukan kader PDI-P.

Elektabilitas Tinggi Bukan Jaminan

PDI-P bukannya tak menyadari tingginya elektabilitas Ahok. Namun, bagi mereka, elektabilitas tinggi yang dimiliki seorang kepala daerah petahana bukan jaminan untuk memenangkan Pilkada.

Bambang DH mencontohkan elektabilitas Fauzi Bowo atau Foke menjelang Pilkada DKI Jakarta tahun 2012 dibanding dengan penantangnya saat itu, Joko Widodo.

“Kami punya pengalaman 5 tahun lalu. Waktu itu popularitas Foke tinggi, Jokowi masih rendah. Situasinya kira-kira persis seperti sekarang. Memang kecenderungannya incumbent (petahana) tinggi,” kata Bambang.

090106020160401-075002780x390
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama saat menjawab pertanyaan wartawan, di Balai Kota, Jumat (1/4/2016).

Pada Pilkada 2012, Jokowi pada akhirnya bisa mengalahkan Foke. Menurut Bambang, kunci kemenangan Jokowi saat itu adalah optimalnya pergerakan mesin partai. Hal itulah yang diharapkannya bisa diulangi lagi pada Pilkada 2017.

“Banyak daerah yang elektabilitas incumbent-nya tinggi, tapi bisa juga dikalahkan. Jadi karena itu kita harus banyak konsolidasi ke dalam,” ujar mantan Wali Kota Surabaya itu.

Banyak pihak yang menilai hubungan PDI-P dan Ahok sudah merenggang belakangan ini. Penyebabnya, tak lepas dari sikapAhok yang dinilai seperti mendesak PDI-P agar segera memastikan apakah akan mengusung dirinya atau tidak.

Di sisi lain, PDI-P menyatakan pengusungan harus melalui sebuah proses penjaringan. Hal inilah yang kemudian membuat Ahokmemutuskan maju melalui jalur independen. Proses penjaringan calon gubernur untuk Pilkada DKI Jakarta 2017 yang diadakan PDI-P sudah dibuka sejak Kamis (7/4/2016) lalu.

Bambang menyatakan proses penjaringan terbuka bagi siapun. Proses penjaringan akan berlangsung sampai Juni.

Menurut Bambang, setelah ditutup, para calon yang mendaftar akan diseleksi. Karena itu, ia memastikan orang yang akan diusung PDI-P adalah orang yang mendaftar dalam proses penjaringan.

“Silahkan kalau mau mendaftar. PDI-P kan enggak mungkin mendukung yang enggak mendaftar. Itu lucu, melanggar aturan yang dibuat sendiri,” kata Bambang.

Salah seorang tokoh yang diketahui sudah mendaftarkan diri ke PDI-P adalah Ketua Umum Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra.

Beberapa hari lalu, Ahok sempat menyindir langkah Yusril itu. Apalagi, sebelum ke PDI-P, Yusril diketahui juga sempat mendaftarkan diri ke proses penjaringan yang dilakukan partai lainnya, Gerindra.

“Ini pertama dalam sejarah ada ketua umum partai yang enggak dapat suara melamar ke partai lain. Seru juga,” kata Ahok di Jakarta Convention Center, Jumat.

Ahok menyatakan dirinya tidak akan menempuh cara yang sama, bahkan ke PDI P sekalipun, yang memiliki kursi terbanyak di DPRD DKI.

“Aku kan enggak menerima pendaftaran dan enggak mendaftar,” ujar Ahok.

Jika mengacu ke pernyataan Bambang dan pernyataan Ahoksebelumnya, apakah itu artinya PDI-P sudah menutup kesempatannya untuk mengusung Ahok?

Sudah Tertutupkah Pintu PDI-P untuk Ahok?
To Top