Kritik Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono terhadap pemerintahan saat ini, membuat banyak kalangan kerap membandingkan kepemimpinan SBY dengan Presiden Joko Widodo.
Mengenai perbandingan, Darmin Nasution yang menjadi pejabat di era dua presiden, mencoba menjelaskan soal pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR). Lelaki asal Tapanuli Selatan ini pernah menjadi Gubernur Bank Indonesia pada zaman SBY dan kini menjabat Menteri Koordinator bidang Perekonomian.
Darmin menjelaskan saat era pemerintahan SBY, bunga KUR cukup tinggi, di atas 20%. Namun, ketika masuk 2014 atau beralih ke pemerintahan Presiden Jokowi, bunganya ditekan hingga di bawah 10%.
Darmin menjelaskan, penurunan bunga KUR mulai dilakukan pada 2015. Saat itu, turun dari 22% ke 12% untuk segmen mikro dan ritel dari 14% ke 12%.
“Dulu bunga KUR mikro 22% dari 2007 sampai 2014, untuk ritel 14% dan KUR TKI 15% dan itu dicoba review tahun 2015. Pada 2015 KUR mikro 12% dengan subsidi 7%, KUR ritel 12% tapi subsidi 3%, KUR TKI 12% dengan subsidi 12%,” ujarnya di Jakarta, Selasa (14/2/2017).
Setelah itu, Darmin menyampaikan, bunga KUR diturunkan lebih dalam lagi pada 2016 sampai di bawah 10%. Kendati demikian subsidinya beda-beda di setiap sektor.
“Tahun 2016, suku bunga KUR diturunkan lagi menjadi 9% untuk mikro dan ritel semuanya 9% tapi subsidinya beda-beda,” katanya.
Sementara, lanjut dia, bunga KUR TKI jadi yang paling besar sebanyak 12%. Ini dikarenakan standarisasi yang belum berjalan dengan baik.
“Untuk ritel 4,5% lebih kecil tapi dengan plafon Rp500 juta. Kemudian untuk TKI subsidinya 12%. Kenapa TKI lebih besar? Standarnya belum jalan di bawah apalagi proses belum standar, sehingga risiko besar, jadi subsidi untuk dia lebih besar,” pungkasnya.