Travel

Menelusi Lebih Dekat Calon Ibu Kota Baru Indonesia, Penajam Paser Utara

Penajam Paser Utara – Sebelum diumumkan Presiden Jokowi jadi ibu kota baru, nama Penajam Paser Utara masih terdengar asing di telinga traveler. Ternyata begini asal usul namanya:

Terletak di Provinsi Kalimantan Timur, nama Kabupaten Penajam Paser Utara memang belum familiar di kalangan traveler. Maklum, kabupaten ini merupakan daerah pemekaran yang baru diresmikan pada tahun 2002 silam.

Sebelum diumumkan oleh Presiden Jokowi sebagai ibu kota pengganti Jakarta, belum banyak traveler yang tahu soal Penajam Paser Utara. Tim Jelajah Ibu Kota Baru detikcom pun mengunjungi kabupaten ini pada pekan lalu untuk mencari tahu soal kota ini.

Tim Jelajah Ibu Kota Baru detikcom pun bertemu dengan Paidah Riansyah (42), Ketua Laskar Pertahanan Adat Penajam Paser Utara di kediamannya. Dari Paidah, kami mendapat banyak cerita soal asal muasal nama Paser dan juga kebudayaan Suku Paser, suku asli yang mendiami Kabupaten Penajam Paser Utara.

“Paser itu artinya, Pa itu bahasa kami ‘terang’. Kalau ser sendiri adalah semangat. Jadi kalau digabungkan, Paser itu semangat yang menyala-nyala artinya,” jelas Paidah.

Sedangkan untuk nama Penajam sendiri adalah nama daerah, nama kecamatan ini dulu sebelum daerah ini dimekarkan menjadi kabupaten di tahun 2002.

“Karena Paser ini bagian dari Kabupaten Paser dulu, bagian dari Kesultanan Paser dan letaknya di wilayah utara dari kabupaten induk, maka disebutnya Penajam Paser Utara,” terang Paidah.

Untuk penduduknya, selain warga transmigran, Penajam Paser Utara dihuni oleh Suku Paser sebagai suku asli. Suku Paser berbeda dengan Suku Dayak. Perbedaan itu nampak dari segi sejarah dan identitas, tetapi secara kebudayaan memang ada persamaan antar keduanya.

“Untuk Kabupaten Penajam Paser Utara ini sebenarnya suku aslinya Suku Paser. Suku Paser berasal dari peradaban namanya Bansu Tatau Datai Danum, kalau diartikan secara luas artinya masyarakat yang hidup di pantai, sungai dan danau,” imbuh Paidah.

Kemudian dari peradaban itu menurunkan Suku Krawomg yang konon tubuhnya tinggi dan besar. Diperkirakan suku ini mendiami wilayah Paser pada zaman pra sejarah (zaman purba).

“Kemudian dari Suku Krawong ini menghasilkan namanya Paser Lembuyut dan Paser Saimpuak. Dari 2 suku tersebut menurunkan kurang lebih 11 sub suku, terdiri dari Paser Pematang, Paser Adang, Paser Migi, Paser Bukit Buramato, Paser Pemuken, Paser Leburan, Paser Tajur, Paser Luangan, Paser Balik, dan masih ada lagi. Secara garis besar ada 11-12 sub suku,” terang Paidah.

Paidah meyakini bahwa Suku Paser adalah suku tertua yang ada di Pulau Kalimantan, khususnya yang memiliki peradaban Bansu Tatau Datai Danum. Paidah berpedoman pada Sempuri atau hikayat yang dituturkan oleh para tetua adat yang diceritakan secara turun temurun.

Tapi Paidah juga menyadari bahwa klaim itu hanya sepihak saja, karena Suku Paser miskin soal bukti-bukti otentik terkait sejarah bangsa Suku Paser. Tidak seperti bangsa Kutai dan Kerajaan Kutai yang memiliki prasasti Yupa sebagai penanda.

Kini, setelah ditetapkan menjadi kawasan ibu kota baru oleh Presiden Jokowi, masyarakat Suku Paser menyambutnya dengan gembira. Tapi muncul juga kekhawatiran terkait kelangsungan Suku Paser sebagai suku asli yang mendiami kawasan ibu kota baru.

“Secara umum kami menyambut dengan baik, dengan gembira. Tapi ada juga yang kritis, artinya khawatir. Mereka takut tersingkir karena minoritas, adat budaya akan tersisih, kemudian persaingan pekerjaan. Dari kami, pengurus keadatan, memohon kepada pemerintah harus ada kepastian hukum atau perlindungan bagi kami, itu saja,” tutup Paidah.

Sumber : Detik

To Top