Nasional

Kaum Hawa Dominasi Bunuh Diri di Indonesia, Kenapa?

PAGI ini pemberitaan dihebohkan kasus bunuh diri kakak-adik asal Makassar yang tinggal di salah satu apartemen di Ciracas, Bandung. Penyebab kedua perempuan itu menghabisi nyawanya sendiri dengan lompat dari lantai 5 apartemen diperkirakan adanya masalah psikis.

Video detik-detik perempuan kedua lompat pun terekam oleh tetangga korban dan menjadi viral di media sosial. Di video tersebut terlihat salah seorang perempuan sudah terbujur tak berdaya di lantai dasar apartemen. Perempuan kedua yang mengenakan busana terusan kuning pun menyusul.

Tidak diketahui pasti, di video tersebut, yang mana si kakak dan yang mana si adik. Namun, dipastikan setelah lompatan perempuan kedua, kakak dan adik itu mati dengan cara yang sama, bunuh diri.

Publik pun sempat digegerkan dengan kasus kematian mantan kekasih selebgram Awkarin yang juga menutup usianya dengan cara bunuh diri, meminum cairan sianida. Kemudian, tak lama berselang, kabar mengejutkan juga datang dari dunia hiburan dunia. Vokalis Linkin Park Chester Bennington mengakhiri hidupnya pun dengan bunuh diri.

Sebegitu mudahnya kah bunuh diri untuk dipilih menjadi solusi selesaikan masalah? Apa tidak ada cara lain untuk menyudahi segala kesulitan hidup?

Lalu, jika dilihat dari paparan data kasus ini, siapakah yang paling rentan melakukan tindakan bunuh diri? Secara global, berdasar laporan World Health Organization (WHO) pada 2012 diperkirakan ada 800 ribu kasus bunuh diri dengan 86% terjadi pada kelompok usia di bawah 70 tahun dan 8,5% dari angka tersebut adalah orang-orang berusia 15-29. Pada kelompok usia terakhir ini, bunuh diri menjadi penyebab kedua tertinggi kematian setelah kecelakaan lalu lintas.

Di ASEAN, Myanmar menempati urutan pertama dalam rasio bunuh diri per 100 ribu penduduk, disusul oleh Thailand. Indonesia bertengger di peringkat delapan. Namun data dari WHO, yang utamanya dibangun di atas asumsi bahwa tingkat depresi berbanding lurus dengan bunuh diri, tidak menyebut situasi-situasi khusus seperti resesi ekonomi, krisis politik, perang, atau konflik bersenjata.

Adapun studi yang dilakukan pada 2014 oleh United Nations Population Fund (UNFPA) melaporkan, 41 persen para pengungsi Suriah di Lebanon, mayoritas remaja dan usia dua puluhan awal, mempertimbangkan bunuh diri.

To Top