Jakarta – Pengajuan status PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) untuk keseluruhan Provinsi Jawa Barat akhirnya dikabulkan oleh Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto. Hal itu disampaikan oleh Gubernur Ridwan Kamil melalui keterangan pers yang disiarkan live Instagram pada Jumat malam (1/5). PSBB di seluruh Jabar, kata pria yang akrab disapa Kang Emil itu mulai berlaku 6 – 19 Mei.
Kang Emil mengatakan persetujuan atas PSBB bagi Provinsi Jabar dituangkan dalam surat yang ditanda tangani oleh Menkes Terawan bernomor HK.01.07/Menkes/289/2020 tentang Penetapan Pembatasan Sosial Berskala Besar di Wilayah Provinsi Jawa Barat dalam rangka percepatan penanganan COVID-19. SK itu, kata Kang Emil, sudah diterima salinannya.
Di dalam SK Menteri itu hanya disebut PSBB berlangsung untuk masa terpanjang inkubasi invirus atau periode 14 hari. Dengan demikian maka wilayah lain di Jabar yang sudah diberlakukan lebih dulu PSBB maka secara otomatis periode PSBB wilayah provinsi.
“Sekarang, sudah ada 10 kabupaten/kota yang sudah PSBB, 17 kabupaten kota lainnya akan menyusul PSBB,” tutur Kang Emil seperti dikutip kantor berita Antara pada Sabtu (2/5).
Contoh wilayah lain yang sudah lebih dulu diberlakukan PSBB adalah Bogor-Depok-Bekasi yang sudah diperpanjang hingga (12/5). Sedangkan, periode PSBB di Bandung Raya akan berakhir pada (5/5).
Kang Emil menilai restu untuk memberlakukan PSBB di tingkat provinsi momentumnya sangat pas. Lho mengapa?
1. Tren penularan kasus COVID-19 di wilayah lain sudah menurun
Kang Emil mengatakan restu PSBB untuk Provinsi Jabar dinilai diberikan di momen yang pas. Sebab, tren penularan COVID-19 sedang menurun. Hal itu tidak bisa dilepaskan dari dampak positif PSBB di berbagai wilayah seperti DKI Jakarta, Bodebek, Bandung Raya dan kawasan lain di Pulau Jawa. Walaupun masih ada yang menyebut kebijakan PSBB belum efektif karena orang masing lalu-lalang menggunakan kendaraan pribadi di jalan raya.
Namun, Kang Emil justru menilai sebaliknya. Ia melihat lompatan kasus impor COVID-19 akibat warga yang masih hilir-mudik saat ini sedang menurun. Tingkat kedisiplinan warga, klaim Kang Emil, sedang menunjukkan tren yang bagus.
Kang Emil kemudian mencontohkan pada Rabu (29/4) penambahan kasus positif di Jabar ada 50 orang. Sehari sesudahnya atau Kamis (30/4) penambahan kasus positif COVID-19 hanya berjumlah tiga orang.
“Hari Jumat, (kasus) positif di Jabar adalah nol. Gak ada, zero,” tutur pria yang sempat menjadi arsitek itu.
Ia berharap semua pihak dapat menyukseskan PSBB di tingkat provinsi, agar COVID-19 bisa segera diatasi.
2. Kang Emil menargetkan dengan diberlakukan PSBB provinsi maka pergerakan manusia hanya 30 persen
Kang Emil lebih lanjut berharap bila PSBB sudah diberlakukan di tingkat Provinsi Jabar, maka warga bisa satu irama dan gerakan untuk mengunci wilayahnya sementara waktu. Sehingga tren penurunan kasus positif COVID-19 bisa tetap dipertahankan.
Berdasarkan survei PSBB di Bodebek dan Bandung Raya, masih ada 50 persen pergerakan manusia. Kang Emil berharap dengan adanya PSBB di tingkat provinsi, maka pergerakan manusia bisa ditekan menjadi 30 persen.
Menurut Kang Emil, kunci dari keberhasilan PSBB Jabar terletak di tiga kunci penting yaitu disiplin, tes masif (rapid atau PCR) dan pengayatan suci di bulan Ramadan.
“Kami meyakini ada hikmahnya di bulan Ramadan karena masyarakat lagi banyak di rumah untuk ibadah, imannya tinggi, rajin beribadah sehingga imunitas naik. InsyaAllah hal-hal positif tadi bisa kita dapatkan,” tutur dia.
Apalagi pemerintah pusat sudah resmi melarang aktivitas mudik. Dengan begitu, Kang Emil berharap kasus-kasus impor yang dibawa dari DKI Jakarta bisa tetap tidak ada.
3. Millennial masih tetap hilir-mudik di saat pandemik COVID-19 dan PSBB
Berdasarkan data yang dimiliki oleh Kang Emil, sejauh ini di Jabar tidak ada kasus positif COVID-19 yang dialami usia anak sekolah. Sebagian besar virus corona menjangkiti kaum pria dengan usia rata-rata 50 tahn ke atas. Sebab, semakin tinggi usia, maka imunitasnya rendah.
Oleh sebab itu, Kang Emil memuji sikap anak sekolah. Mereka dinilai tetap patuh dengan belajar di rumah.
“Yang positif COVID-19 hampir tidak ditemukan di anak sekolah. Ini mengindikasikan anak sekolah adalah kelompok masyarakat paling disiplin, nurut ke orang tua dan guru. Kalau mau COVID-19 ini beres, tirulah kedisiplinan anak-anak sekolah,” kata pria yang sempat jadi Wali Kota Bandung itu.
Sementara, data lain yang ia peroleh kelompok yang masih hilir-mudik adalah usia millennial. Padahal, di daerahnya sudah diberlakukan PSBB dan aktivitas telah dibatasi.
“Para penular COVID-19 adalah lelaki millennial yang produktif. Jadi, kepada para lelaki yang millennial, kalau mau COVID-19 beres, dapat bisnis lagi, hayuk sama-sama kita repot di PSBB Jabar,” katanya mengajak kaum millennial untuk sementara berdiam di rumah.
Informasi resmi mengenai pemberlakuan PSBB di Provinsi Jabar rencananya disampaikan hari ini Sabtu (2/5) secara daring ke media.