ISIS Perjualbelikan Gadis Yazidi Via WhatsApp dan Telegram
mixberita.com – “Perawan. Cantik. 12 tahun… harganya sudah mencapai 12.500 Dolar dan ia akan segera terjual”, demikian tulisan dalam sebuah iklan yang muncul di aplikasi pengiriman pesan terenkripsi Telegram. Iklan tersebut muncul bersama iklan-iklan lainnya seperti kucing, peralatan taktis, dan senjata yang diperjualbelikan oleh para anggota ISIS.
Informasi tersebut didapat oleh Associated Press dari kelompok aktivis komunitas minoritas Yazidi, yang hingga kini masih jadi bulan-bulanan, ditindas oleh ISIS. Kelompok aktivis tersebut kini masih berupaya membebaskan sekitar 3.000 perempuan dan anak gadis yang masih ditahan dan dijadikan budak seks oleh ISIS.
Meski makin banyak mengalami kekalahan di berbagai kota yang mereka kuasai, ISIS tak juga berhenti memperjualbelikan mereka lewat aplikasi Telegram, maupun WhatsApp. ISIS juga makin ketat mengawasi para tawanannya ini, mencegahnya diselamatkan oleh kelompok aktivis.
ISIS menangkapi para aktivis yang mencoba membebaskan tawanan. Mereka juga membuat basis data berisi foto tawanan dan ‘pemilik’ masing-masing, untuk mencegah mereka lolos dari pemeriksaan di pos-pos penjagaan ISIS.
Associated Press menerima data berisi 48 foto dari para tawanan. ISIS membuat basis data dari para tawanan, seolah mereka adalah ‘harta benda’
“Mereka mendaftar setiap budak, setiap orang yang mereka ‘miliki’, dan apabila ada seorang gadis kabur, setiap pos pemeriksaan ISIS akan mengetahui bahwa gadis tersebut kabur dari pemiliknya,” kata Mirza Danai, pendiri organisasi relawan Jerman-Irak, Luftbrucke Irak.
Salah satu dari budah ISIS tersebut, Lamiya Aji Bashar (18), pada bulan Maret lalu berhasil kabur setelah lima kali mencoba. Ia berlari ke perbatasan dan dikejar oleh tentara ISIS. Malang, sebuah ranjau darat meledak di dekatnya. Dua gadis Yazidi yang lari bersamanya tewas, sementara Lamiya mengalami pecahan bom yang membuat mata kanannya buta, sementara kulitnya melepuh.
Kaum Yazidi menjadi bulan-bulanan ISIS lantaran dinilai sesat karena mencampuradukkan ajaran-ajaran Islam, Kristen, dan Zoroastrianisme. Sebelum perang, populasi warga Yazidi di Irak mencapai 500 ribu jiwa. Namun, saat ini tidak diketahui berapa banyak yang tersisa.
Selain Lamiya, ada pula Nazdar Murat, seorang gadis remaja Yazidi yang berusia 16 tahun ketika diculik bersama sekitar duapuluhan perempuan lainnya di Sinjar, Irak, saat ISIS menguasai wilayah tersebut. Kini, keberadaan Nazdar tidak diketahui. Sang ibu, Nouri Murat, mengaku pernah ditelepon putrinya sekali, enam bulan silam. Dalam pembicaraan selama beberapa detik, diketahui bahwa Nazdar berada di Mosul. Namun, kini tak lagi terdengar kabar darinya. Sang ibu mengaku ada yang mengatakan padanya bahwa sang putri sudah bunuh diri, namun ia tidak percaya.