Jakarta – Organisasi Kesehatan Dunia (The World Health Organization/WHO) pada hari Jumat (28/2/2020) waktu Swiss, kembali menaikkan status risiko dari virus corona ke level tertinggi. ini dilakukan setelah epidemi itu menyebar ke sub-Sahara Afrika dan membuat pasar keuangan merosot.
WHO menilai, virus ini telah menjamur di seluruh dunia selama sepekan terakhir, dan muncul di setiap benua kecuali Antartika. Ini mendorong banyak pemerintah dan pelaku usaha melakukan pelarangan warganya untuk bepergian atau berkumpul di tempat-tempat ramai.
WHO mencatat, virus ini telah menewaskan lebih dari 2.800 orang dan menginfeksi lebih dari 84.000 di seluruh dunia. Jumlah ini sebagian besar berasal dari China.
Namun, tidak hanya di China, yang membuat kekhawatiran adalah bagaimana virus ini menyebar dengan cepat ke negara-negara lain yang tidak hanya di asia tapi hingga ke AS dan Eropa. Dalam 24 jam terakhir, telah menginfeksi ke sembilan negara baru, mulai dari Azerbaijan ke Meksiko hingga ke Selandia Baru.
“Kami sekarang telah meningkatkan status tentang risiko penyebaran dan risiko dampak COVID-19 hingga ‘sangat tinggi’ di tingkat global,” ujar ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan seperti dikutip melalui AFP, Sabtu (29/2/2020).
Disisi lain, investor global mulai menarik semua investasinya di banyak negara karena takut akan penyebaran virus ini. Ini membuat pasar keuangan dunia menjadi yang terburuk selama pekan ini sejak krisis keuangan pada 2008 lalu.
Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) Jerome Powell mengatakan, bank sentral siap untuk melakukan intervensi jika diperlukan, mengingat risiko “berkembang” untuk ekonomi terbesar di dunia yang ditimbulkan oleh wabah mematikan tersebut.
Negara-negara di dunia pun telah melakukan langkah dalam mewaspadai virus corona ini. Misalnya Swiss yang telah membatalkan semua pertemuan lebih dari 1.000 orang, dan Arab Saudi melarang sementara untuk melakukan Umroh ke Mekah dan Madinah.
“Ini bukan saatnya untuk panik. Ini saatnya untuk bersiap – siap sepenuhnya,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Langkah-langkah ini dilakukan oleh negara-negara karena jumlah yang terinfeksi dan kematian akibat virus ini semakin meningkat. Meski di China telah dilakukan karantina dan ada juga yang telah sembuh dari virus ini.
Namun, di negara lain masih banyak yang terjangkit seperti di Iran, Italia dan Korea Selatan. Dengan penambahan ini, sudah tercatat sekitar 58 negara yang sudah terjangkit virus ini.
“Kami melihat sejumlah negara berjuang dengan pencegahan,” kata Michael Ryan, kepala program kedaruratan kesehatan WHO.
WHO pun telah menyuarakan keprihatinan khusus tentang kesiapan Afrika, memperingatkan bahwa sistem perawatan kesehatan di benua itu tidak diperlengkapi untuk menghadapi penyebaran COVID-19.
Sebelumnya telah dilaporkan di Mesir dan Aljazair mulai terjangkit, tetapi tidak di wilayah sub-Sahara sampai Jumat ketika Nigeria melaporkan kasus pertamanya.
Di Iran, sumber sistem kesehatan yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada BBC bahwa setidaknya 210 orang telah meninggal karena virus corona, jauh melebihi angka kematian resmi 34. Tetapi seorang juru bicara kementerian kesehatan dengan marah membantah angka itu.
Ini Cara Penghentian Virus Corona Versi WHO
JAKARTA – World Health Organization (WHO) menilai kunci penghentian virus Corona (Covid-19) adalah dengan memutus rantai penularan.
Direktur Jenderal WHO Tedros A. Ghebreyesus mengatakan bahwa belum ada bukti yang menunjukkan virus Covid-19 dapat menyebar secara bebas di tengah masyarakat luas. Adapun, sebagian besar penularan terjadi melalui kontak dekat yang masih bisa ditelusuri riwayatnya atau pada kasus dalam kelompok tertentu.
“Selama itu masalahnya, kita masih memiliki peluang untuk mengendalikan virus, jika tindakan tegas diambil untuk mendeteksi kasus lebih awal, mengisolasi dan merawat pasien, dan melacak riwayat kontak,” jelas Tedros dalam keterangan resmi, Sabtu (29/2/2020).
Dia menuturkan laporan terbaru dari China menyebutkan bahwa virus ini tidak bisa menyebar secara langsung dalam komunitas masyarakat yang luas. Di Guangdong, para ilmuwan menguji lebih dari 320.000 sampel dari masyarakat dan hanya 0,14 persen yang positif Covid-19.
Pihaknya menyebut 24 kasus menyebar dari Italia ke 14 negara, dan 97 kasus menyebar dari Iran ke 11 negara. Peningkatan jumlah kasus yang terus menerus dan jumlah negara yang terkena dampak selama beberapa hari terakhir harus menjadi perhatian seluruh dunia.
Ahli epidemologi WHO memantau perkembangan virus secara global terus menerus dan memutuskan untuk meningkatkan risiko penularan dan risiko dampak Covid-19 menjadi sangat tinggi dalam skala global.
Tedros mengajak seluruh pemerintah untuk bersiap siaga dalam menghadapi Covid-19 apabila terjadi di negaranya. Dia menyerukan semua negara untuk mengedukasi masyarakatnya, memperluas pengawasan, berupaya menemukan kasus, mengisolasi dan merawat setiap kasus, melacak setiap riwayat kontak, dan berupaya melalui berbagai pendekatan masyarakat dan pemerintahan bahwa ini bukan hanya pekerjaan kementerian kesehatan saja.
Dia menyampaikan sudah lebih dari 20 vaksin yang sedang dikembangkan secara global untuk mencegah virus ini. Sejumlah terapi pengobatan juga sedang dalam uji klinis yang diharapkan akan keluar hasilnya dalam beberapa minggu ke depan.
Namun, imbuhnya, jangan hanya berfokus menunggu vaksin dan obat melainkan setiap individu harus melindungi diri sendiri dan orang lain, yaitu dengan melakukan pencegahan dan segera mengunjungi fasilitas kesehatan apabila sakit.
Hingga saat ini pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menyatakan tidak ada kasus positif virus Covid-19 di Indonesia. Dari 143 sampel yang dikirim dari 44 rumah sakit di 22 provinsi seluruhnya dinyatakan negatif.