Jakarta – Harga minyak mentah sempat menyentuh level di bawah nol alias berada di zona negatif. Tidak salah? Ya tidak ada yang salah, pasokan berlebihan dan tak tertampung membuat minyak tak berharga.
Lantas pertanda apa ini? Apa benar sudah sudah memasuki resesi atau karena lockdown di lakukan negara-negara dunia membuat kosumsi minyak dunia turun signifikan?
Sebelum membahas apa arti dibalik harga minyak yang negatif dan mengapa bisa terjadi ada setidaknya tiga hal yang harus diketahui.
Pertama, yang harus diketahui terlebih dahulu adalah harga minyak yang dirujuk adalah harga minyak mentah kontrak berjangka.
Kontrak berjangka adalah kontrak untuk pengiriman fisik komoditas atau efek tertentu yang mendasarinya. Banyak spekulan yang memperjualbelikan kontrak dengan underlying asset berupa minyak mentah untuk meraup keuntungan.
Namun ada juga pihak yang memperjualbelikannya karena menggunakan komoditas tersebut. Beberapa contohnya adalah kilang minyak dan industri maskapai pesawat terbang.
Kedua, yang harus diketahui adalah minyak mentah ada banyak jenisnya, ada Brent, ada West Texas Intermediate (WTI) ada OPEC Reference Basket dan masih banyak lagi. Perbedaan yang mendasari jenis minyak tersebut salah satunya adalah karakteristik minyak.
Nah minyak mentah yang harga kontraknya sampai minus itu adalah minyak jenis WTI atau yang lebih dikenal dengan light sweet dan biasanya jadi acuan Negeri Paman Sam.
Minyak jenis ini memiliki densitas yang lebih rendah (light) dan mengandung sulfur yang lebih rendah dibanding minyak jenis lain seperti Brent. Minyak jenis ini dijadikan underlying aset untuk harga komoditas minyak mentah kontrak New York Merchantile Exchange (NYMEX).
Harga kontrak minyak mentah ini lah yang semalam jatuh signifikan hingga ke teritori negatif. Ya tidak salah lagi, harganya minus. Pada pukul 05.16 WIB, harga minyak mentah kontrak berjangka WTI ditransaksikan di level minus US$ 37,63/barel.
Harga ini adalah harga untuk periode pengiriman bulan Mei yang kontraknya berakhir pada 21 April 2020 waktu AS. pada 08.03 WIB, harga minyak mentah kontrak berjangka WTI sudah mulai naik ke zona positif dan dibanderol US$ 0,6/barel.
Sebenarnya apa arti harga minyak sampai minus sih? Minus mengindikasikan tanda bahwa para trader termasuk para spekulan memberikan secara cuma-cuma atau bahkan membayar bagi siapapun yang ingin kontrak tersebut. Ini semacam praktik memindah tangankan barang atau aset yang tidak diinginkan alias tidak laku.
Lho kok bisa tidak ada yang berniat membeli kontrak pengiriman bulan Mei yang kontraknya diperdagangkan pada April. Jawabannya satu, kelebihan pasokan. Pandemi corona (COVID-19) telah membuat banyak negara menghentikan aktivitas ekonominya.
Mobilitas publik dibatasi bahkan dilarang. Orang-orang dikarantina di rumah. Sektor transportasi lumpuh, aktivitas manufaktur terkontraksi dan bisnis di sektor maskapai pesawat terbang terancam gulung tikar lantaran tidak ada orang yang bepergian.
Alhasil permintaan terhadap minyak pun merosot tajam. Di sisi lain ketika permintaan diramal anjlok signifikan, pemangkasan produksi minyak mentah oleh negara-negara produsen dan eksportir (OPEC+) dinilai tak dapat mengimbangi anjloknya permintaan akibat pandemi.
OPEC+ pada 9 Maret sah menyatakan pemangkasan produksi sebesar 9,7 juta barel per hari (bpd). Angka ini setara dengan nyaris 10% output global. Jika ditambah dengan pemangkasan produksi negara lain maka jumlahnya bisa mencapai 20 juta bpd.
Namun eksekusi pemangkasan produksi baru dimulai bulan Mei nanti. Padahal permintaan minyak sudah anjlok signifikan sejak Maret dan April ketika banyak negara memilih lockdown untuk menghambat penyebaran pandemi. Ini lah faktor utama pemicu anjloknya harga minyak.
Fenomena harga minyak minus memang baru terjadi kali ini dalam sejarah. Baru pandemi COVID-19 yang mampu seret si emas hitam sampai ke level di bawah US$ 0/barel.
Namun kini trader, investor atau bahkan spekulan sudah mulai membeli kontrak untuk pengiriman Juni. Harga minyak mentah WTI kontrak untuk pengiriman Juni walau tertekan masih berada di atas US$ 20/barel.
Harga Minyak Minus tapi BBM Belum Turun, Ini Kata Airlangga
Pagi tadi publik dikejutkan dengan harga minyak mentah dunia yang mencapai titik minus. Harga minyak yang dimaksud merupakan West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei anjlok parah ke minus US$ 37,63 per barel.
Bagi orang awam tentu bertanya, kok bisa seperti itu? Lalu kenapa harga BBM tidak turun?
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, harga minyak yang turun sampai minus itu adalah WTI. Sementara Indonesia menggunakan menggunakan acuan dari Mean of Platts Singapore (MOPS) yang memiliki basis jenis minyak Brent.
“Indonesia basis harganya adalah MOPS bukan WTI, dan MOPS itu itu basisnya adalah brent,” terangnya saat konferensi pers virtual, Selasa (21/4/2020).Airlangga menilai penurunan harga WTI hingga minus disebabkan oleh anjloknya permintaan yang disebabkan banyaknya negara menerapkan lockdown terkait wabah COVID-19. Sementara produksi masih cukup besar.
Sedangkan untuk minyak jenis Brent untuk waktu pengiriman yang sama harganya masih stabil di US$ 22,74 per barel.
Meski begitu, Airlangga mengatakan pemerintah tetap memantau harga WTI karena berkaitan dengan rencana pemerintah yang ingin mengembangkan produk biodiesel 30% atau B30.