Nasional

Baper, SBY Dituding Cari Citra Dengan Merasa Dizolimi

Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) belakangan ini memang agak sensitif, hal itu dapat dilihat dari semakin intensnya dirinya mencurahkan isi hatinya di media sosial (medsos) khususnya di akun twitter-nya.

Cuitannya itu dimulai dari maraknya penyebar berita bohong atau hoax. Disusul dengan dugaan penyadapan terhadap dirinya dengan Ketua Umum MUI Ma’aruf Amin sampai terakhir dengan kediamannya yang didemo sekelompok yang mengatasnamakan mahasiswa.

Melihat hal tersebut, Sosiolog Universitas Nasional (Unas) Sigit Rochadi mengungkapkan SBY sedang memainkan perannya sebagai Playing The Victim atau mencitrakan dirinya sebagai korban.

Playing The Victim, mencitrakan diri sebagai korban seperti tahun 2003 lalu. Pencitraan, bahwa yang bersangkutan merasa dizolimi,” kata Sigit.

Menurut Sigit hal itu ketika dahulu memang dinilai efektif sehingga mengantarkannya sebagai orang nomor satu di Indonesia. Namun, dewasa ini, dinilai sudah tidak efektif lagi melakukan strategi tersebut.

“Dulu efektif karena yang dilawan penguasa, tapi sekarang tidak kareba rakyat melihatnya sebagai elit/penguasa,” ujar Sigit.

Sigit menambahkan, Menggunakan medsos bagi pejabat dan mantan pejabat, memang tidak ada masalah. Namun, akan menjadi masalah karena dua hal, isi percakapan dan bahasa yang digunakan.

“Isi percakapan pak SBY kebanyakan mengenai diri sendiri dan paling luas kepentingan partainya. Sedangkan bahasa yang digunakan merupakan bahasa perasaan, bukan bahasa pikiran atau filosofi. Bahasa perasaan itu terlalu personal dan secara tidak langsung mendikotomi dengan subyek lain. Sedang bahasa pikiran apalagi filosofi, bicara tentang humanisme dan atau moralitas,” tutup Sigit.

To Top