Penyebaran berita bohong alias hoax tengah marak di media sosial. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mencatat, hal ini terjadi tiap pemilihan umum (pemilu), baik pemilu presiden (pilpres) maupun pemilihan kepala daerah (pilkada).
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemkominfo Semuel A. Pangerapan menjelaskan, hoax pernah marak pada pilkada 2012 serta pilpres 2014. Dia menilai, ada empat jenis motif dari penyebar hoax.
“Pertama, urusan ekonomi. Biasanya kalau pilkada dia enggak peduli kiri-kanan, ngambil semua. Heboh saja supaya dapat klik-klikannya,” kata Semuel kepada Metrotvnews.com, di kantornya, Jalan Medan Merdeka Barat, Senin (9/1/2017).
Menurut dia, pembuat hoax jenis ini tidak memiliki ideologi khusus yang dijunjungi tinggi. Mereka hanya mencari keuntungan tanpa memedulikan beritanya menguntungkan pihak-pihak tertentu.
Kelompok pembuat hoax selanjutnya, istilah dia, orang-orang yang gagal move one dan bawa perasaan (baper). Mereka orang-orang yang tidak puas dengan kondisi yang terjadi saat ini.
Pihak ketiga adalah orang-orang yang memang sengaja membuat kekacauan. Mereka memutarbalikan fakta demi tujuan tertentu. “Contohnya kemarin soal TKA (tenaga kerja asing),” papar dia.
Terakhir, penyebaran hoax juga ditujukan untuk perang proksi. “Untuk kepentingan dari luar dan dalam. Sama buat kekacauan juga,” katanya.
Terkait maraknya hoax beberapa bulan terkahir, dia menilai lebih banyak didominasi motif ekonomi dan usaha membuat kacau. “Dua-duanya (motif ekonomi dan membuat kekacauan) seimbang tapi yang paling banyak ekonomi,” ujar Semuel.