Era kepelatihan Massimiliano Allegri di Juventus berhiaskan serangkaian prestasi apik dari berbagai kancah domestik. 11 gelar sukses ia berikan kepada klub raksasa Italia tersebut. Plus dua status runner-up di ajang Liga Champions.
Sayangnya kebersamaan itu harus berakhir di penghujung musim 2018/19 kemarin. Allegri dan Juventus sama-sama sepakat bahwa mereka harus mengambil jalan yang berbeda.
Banyak yang menyayangkan keputusan itu. Meski tidak sedikit yang mencibir strateginya, namun tak bisa dimungkiri bahwa Allegri adalah pelatih tersukses Juventus pasca kasus Calciopoli menjerat mereka di tahun 2006 lalu.
Jika menarik ke belakang, tidak banyak orang yang yakin bahwa Allegri bisa memberikan kesuksesan kepada Juventus. Apalagi kalau melihat torehan yang ia catatkan bersama AC Milan pada musim 2013-2014 lalu.
Gelombang penolakan mulai terdengar saat rumor menyebutkan bahwa Juventus tengah dekat dengan Allegri. Fans setia Bianconeri merasa bahwa Allegri bukanlah pelatih yang tepat untuk menggantikan sosok Antonio Conte di kursi kepelatihan.
Allegri sendiri sadar bahwa keberadaannya tidak diinginkan di Juventus. Untuk bertahan hidup, ia pun mengubah cara pendekatannya dengan para pemain agar mereka bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya dan memberikan hasil maksimal.
“Saat saya datang ke Turin setelah Antonio Conte, banyak yang berpikir bahwa saya kacau. Bahwa Juve kelelahan. Bahwa fase kemenangan itu telah berakhir karena tim telah jenuh,” tutur Allegri seperti yang dikutip Przeglad Sportowy.
“Situasinya tak sempurna karena saya menemukan tim yang sedang membangun ulang. Itu menarik, namun beresiko gagal, dan Juventus bukan tempat kegagalan diterima. Itulah mengapa saya harus mencari cara untuk menstimulasi grup ini. Saya mendengar dan berubah,” lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, Allegri juga berbicara soal hubungannya dengan pemain seperti Zlatan Ibrahimovic dan Mario Mandzukic. Nama terakhir bahkan kerap disebut sebagai pemain favorit pria berumur 52 tahun itu di Juventus.
“Di Milan, Ibrahimovic kesal karena yang lainnya tak mampu mengikuti alasannya. Dua tahun saya menjelaskan kepadanya bahwa yang lain tak harus bermain seperti dirinya. Dia harus paham itu. Bahwa pelatih harus menggunakan pemain sebisanya,” tambahnya.
“Itulah mengapa Mandzukic menjadi pemain yang spesial untuk saya. Dia memberikan saya ruang bermanuver yang luar biasa. Pesepakbola yang hebat. Dia kerap berganti klub, jadi jalannya cukup berat. Dia bertahan di satu klub selama lima tahun. Ini adalah salah satu kesuksesan terbesar saya,” tandasnya.
Belakangan ini, Mandzukic dirumorkan akan segera angkat kaki dari Allianz Stadium. Manchester United disebut sebagai tujuan utamanya saat bursa transfer musim dingin dibukan pada bulan Januari nanti.