Kualitas Pilkada DKI Jakarta dinilai merosot jauh dibandingkan dengan perhelatan yang sama, lima tahun silam. Salah satu fakktor utama adalah kasus penodaan agama dengan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
“Pemilih tidak fokus pada isu substansial lagi. Fokusnya, justru pada isu-isu sekunder dan tersier,” ungkap peneliti politik senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro.
Menurut dia, penilaiannya adalah pengetahuan masyarakat tentang program yang dibawakan calon. Proses kampanye, kata Siti, sejatinya menjadi kesempatan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan program calon kepala daerah.
Namun, setelah muncul kasus perkara penodaan agama oleh Ahok kualitas berdemokrasi masyarakat seolah berkurang. “Kita (masyarakat) berkepentingan untuk meningkatkan kualitas demokrasi kita melalui proses konsolidasi demokrasi,” tambahnya.
Kebobrokan reklamasi Teluk Jakarta, lanjutnya, ikut teralihkan karena masyarakat lebih memperhatikan kasus penodaan agama. Padahal, tegas dia, reklamasi Teluk Jakarta merupakan program yang akan dilanjutkan oleh Ahok.
“Nah ini yang tidak sempat diberikan secara utuh. Kenapa? Karena ada interupsi akan isu-isu yang lain,” ungkap Siti.