Ketua Majelis Ulama Indonesia Jawa Timur, Kiai Haji Abdussomad Buchori meminta para ulama dan kiai tidak perlu resah. Terutama mengenai pendataan yang dilakukan polisi, dengan menurunkan anggota intelijen.
“Itu sengaja dilakukan untuk bahan silahturahmi, misalnya saat ada kunjungan dari Kapolda dan Kapolri, sehingga pendataan itu mengetahui nama-namanya,” terang Abdussomad Buchori, di sela pertemuan dengan Kapolda Jawa Timur di Masjid Al Akbar Surabaya, Sabtu (4/2) malam.
“Karena, saat membuat atau mengirim undangan itu tidak salah nama. Nantinya, kami akan sampaikan ke para ulama. Jadi ulama itu tidak perlu resah, ini tidak ada apa-apa, pendataan hanya untuk jalin silaturahmi,” tambahnya.
Menurut dia, pendataan yang dilakukan polisi itu untuk ta’aruf atau memperkenalkan diri jalin silaturahmi. Nantinya juga akan disampaikan dalam pertemuan yang akan dilakukan di Kabupaten Sampang.
Kebetulan pertemuan itu nantinya juga dihadiri banyak ulama dan kiai. “Ini kan langsung bertemu dengan Pak Kapolda (Irjen Polisi Machfud Arifin). Nanti akan disampaikan dan diluruskan di Sampang, pada 10 Februari. Karena bertemu dengan kiai Mahruf Amin,” jelasnya.
Secara terpisah Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Machfud Arifin mengaku pendataan yang dilakukan anggotanya itu hanya masalah teknis di lapangan. Dia meminta harap dimaklumi.
Sebab, seharusnya yang melakukannya itu adalah sosok seorang Kapolres. “Harusnya Kapolres yang menjalankan, tahu siapa kiai sepuh di tempatnya, dan itu kapolresnya harus tahu,” tandas Irjen Pol Macfud Arifin