BERHASIL merangkai obrolan saat pendekatan merupakan tanda baik. Bak gayung bersambut, kata berjawab. Respons baik yang diberikan lawan jenis, seketika menyiram panasnya rasa khawatir. Nah, tiba di posisi ini, pria perlahan melihat garis akhir periode pendekatan.
Skenario terbaik memang diharapkan, sayangnya tak sedikit pria mundur setelah menerima umpan balik tak sesuai harapan.Maskulin menanyakan kepada beberapa pria, terkait tembok yang menghalangi langkah mereka. Sebagian besar menjawab, rintangan itu bernama cuek serta diam. Konteksnya tiap percakapan yang dikirim selalu dibalas singkat. Seolah-olah lawan jenis tidak menaruh minat atas obrolan. “Kesulitannya jika karakter perempuannya memang tipe pemalu dan pendiam. Rada sulit, sudah pasti pria yang mulai percakapan duluan. Jadi, kayak polisi lagi interogasi,” ucap Jeff, salah satu pria yang ditanya Maskulin.
Lantas apa solusinya?
Sebenarnya persoalan pendekatan seperti itu dapat diatasi bila laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki satu kesamaan. Bisa berupa minat, kebiasaan sehari-hari atau bahkantrending topic yang dapat dijadikan sumbu obrolan. “Yang jelas, topik perbincangan menarik perhatian dan bisa ditimpali,” ujar Wahyu Nhira Utami, psikolog klinis RSUD AW Sjahranie ketika ditanya Kamis (4/8).
Agar imbang, beberapa perempuan juga ditanya Maskulin. Di antara mereka memang lebih senang menjalin obrolan ketika ada kesamaan. Murniati misalnya, merasa lebih nyaman jika obrolan membahas sesuatu dia suka. Sebagai contoh, dia gemar membaca novel. “Mungkin ngobrol sesuatu yang ringan saja seperti hobi baca novel. Eh, Ternyata hobinya sama. Jadi, mungkin bisa agak masuk ke pembicaraan,” ujarnya.
Perempuan biasanya tak ingin repot memikirkan bahan perbincangan. Dengan kata lain, mereka menyerahkan sepenuhnya kepada pria. Dan sering kali awal perkenalan, pria sudahngebet untuk tahu banyak hal mengenai hidup perempuan. Sehingga berbagai pertanyaan diajukan, lantas dianggap bentuk perhatian. Tapi, bagi perempuan terasa lebih mirip tempelan alias buat risih.
“Saya suka obrolan sebagai teman. Kalau cowok PDKT terlalu banyak tanya, apalagi menyerempet pribadi, saya kurang suka. Kayak lagi sensus penduduk dia,” ungkap Jesica Hermila. Namun, ketika perempuan mulai merasa perlu maka saat itu dia akan menanggapi. Saat ini pertanyaan seperti, sudah makan apa belum, tak lagi memiliki kesan. Lia Nita, perempuan lainnya, menilai pertanyaan itu tak lebih dari ungkapan bahwa si pria sebenarnya sedang kehabisan bahan obrolan. “Setidaknya kalau tanya, sudah makan? Ada embel-embel, kalau belum, ayo makan,” ungkapnya.
Kembali dengan kacamata psikolog, Nhira menambahkan, hal yang tak kalah penting ketika pembicaraan terjalin, baiknya tidak fokus ke satu pihak saja. Artinya komunikasi keduanya sepadan. Baik pria dan perempuan sama-sama aktif memberi pertanyaan lantas menjawab. “Harus menimpali dan bercerita tentang kesukaan masing-masing,” tutup Nhira.