Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim akan memangkas bermacam regulasi pendidikan. Langkah tersebut bertujuan untuk memperbaiki tata kelola guru.
“Macam-macam regulasi yang akan dipangkas, dari pidato saya kan bisa dilihat garis besarnya,” katanya usai acara peringatan Hari Guru Nasional di Jakarta, Senin.
Nadiem mengaku sampai saat ini masih menyisir regulasi yang akan disederhanakan bersama Direktur Jenderal dan Staf Khusus.
Dalam pidato sebelumnya, Nadiem mengatakan bahwa saat ini guru masih terbelenggu dengan sejumlah aturan administrasi.
Pendiri Go-Jek ini juga menyebut “guru merdeka” dan “guru penggerak” sebagai dua poin penting pada peringatan Hari Guru Nasional tahun ini.
Menurutnya, guru merdeka merupakan sosok guru dan murid di sekolah atau unit pendidikan yang memiliki kebebasan berinovasi serta berkegiatan belajar mengajar yang mandiri dan kreatif. Karena itu, dia mengajak para guru mulai melakukan perubahan dari ruang kelas.
“Perubahan tidak dapat dimulai dari atas, semuanya berawal dan berakhir dari guru. Jangan menunggu aba-aba, jangan menunggu perintah. Ambil langkah pertama,” katanya.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menurut dia, akan membentuk guru penggerak minimal satu di setiap sekolah.
Menurutnya, para guru harus menyadari perannya sebagai penggerak serta perlu didukung pemerintah.
“Dari sisi regulasi dan birokrasi harus kita bantu. Apa saja regulasi dan kebijakan yang mungkin tidak memberikan inovasi dan ruang gerak yang baik,” kata Nadiem.
Sebelumnya, naskah pidato Mendikbud Nadiem Makarim dalam rangka Hari Guru Nasional 2019 menyita perhatian publik. Nadiem menyatakan selama ini guru menghadapi sejumlah rintangan dalam menjalankan tugas membentuk generasi masa depan.
Ia berpesan agar para guru menemukan bakat murid yang kurang percaya diri. Ini merupakan salah satu dari lima ajakan Nadiem kepada para guru agar bisa mengubah sistem pengajaran di sekolah.
“Anda ingin membantu murid yang mengalami ketertinggalan di kelas, tetapi waktu anda habis untuk mengerjakan tugas administratif tanpa manfaat yang jelas,” kata Nadiem kepada para guru melalui pidatonya.
Nadiem juga menyesalkan para murid yang dipaksa memperoleh hasil ujian memuaskan. Padahal, menurutnya potensi anak tidak dapat diukur dari hasil ujian.
Ia pun menyayangkan padatnya kurikulum, sehingga menutup peluang para guru mengajak murid belajar di luar ruangan.
Ia memahami, para pengajar frustrasi karena tahu bahwa kemampuan berkarya dan berkolaborasi yang menentukan kesuksesan anak, bukan menghafal.
“Anda tahu bahwa setiap anak memiliki kebutuhan berbeda, tetapi keseragaman telah mengalahkan keberagaman sebagai prinsip dasar birokrasi,” kata Nadiem.
Karena itu menurutnya, para guru perlu berinovasi.