Kebijakan Mendikbud, Muhadjir Effendy terkait sekolah delapan jam dalam sehari atau Full Day School (FDS) mengundang kritik dari sejumlah kalangan. Salah satunya, anggota Komisi IX DPR RI Nihayatul Wafiroh.
Menurut Nihayatul, kebijakan Mendikbud itu akan berdampak pada tatanan sosial khususnya warga Nahdlatul Ulama (NU). Misalnya, FDS dianggap sebagai ancaman buat eksistensi Madrasah Diniyah yang selama ini diikuti anak-anak warga NU.
Karena itu, Nihayatul mendesak Muhadjir Effendy mencabut kebijakan tersebut. “Kebijakan itu mengesampingkan jam belajar siswa di madrasah diniyah. Karenanya, perlu dikaji ulang,” tegas politikus PKB itu.
Lebih lanjut diungkapkan, selama ini sekolah di banyak daerah menggunakan jam belajar selama lima atau enam jam sehari. Yakni dari pukul 07.00 hingga pukul 13.00. Setelah itu, siswa mengikuti madrasah diniyah.
“Itu sudah menjadi budaya. Anak-anak sekolah di dua tempat, pagi di sekolah umum dan sore harinya mereka menambah pengetahuan di sekolah agama,” tandasnya.
“Bentuk penghargaan negara terhadap usaha untuk mendidik masyarakat adalah salah satunya dengan menghormati dan mensupport keberadaan sekolah-sekolah diniyah. Bukan malah menghantam habis dengan kebijakan full-day school,” tambahnya.
Dia menegaskan bahwa setiap kebijakan harus bisa mengakomodir keinginan dan kepentingan seluruh peserta didik. Keberpihakan kebijakan seharusnya berpihak pada kepentingan rakyat seluruhnya, bukan berat sebelah.
“Banyak hal yang mendesak untuk diperbaiki dalam pendidikan kita. Salah satunya, adalah pemerataan fasilitas pendidikan,” pungkasnya.