Dukungan untuk Gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tidak hanya terjadi di sekitar Jakarta saja, melainkan sudah mendunia bahkan hingga ke luar negeri.
Sosiolog dari Universitas Indonesia, Paulus Wirutomo menilai kalau fenomena tersebut merupakan bentuk aksi dari masyarakat mayoritas yang selama ini memilih diam (silent majority).
“Jadi silent majority sebetulnya mayoritas tetapi tidak terlalu suka bermain politik sehingga cenderung diam dalam kehidupan sehari-hari tetapi sebetulnya mereka bukan orang bodoh,” kata Paulus, Minggu (14/5/2017).
Namun akhirnya, masyarakat yang selama ini memilih diam tersebut memilih bergerak karena merasa telah terzalimi oleh kelompok tertentu (vocal minority).
Menurutnya, aksi seperti karangan bunga, balon dan seribu lilin merupakan bentuk protes dan kejengahan terhadap vocal minority.
“Minoritas yang vokal inilah yang biasanya mempunyai kepentingan tertentu lalu mereka digerakan orang tertentu bahkan dibayar kelompok tertentu yaitu tokoh yang takut kepentingannya terganggu,” pungkas Paulus.
Diketahui, aksi dukungan terhadap terdakwa kasus dugaan penistaan agama semakin meluas setiap harinya. Bahkan, beberapa negara di luar negeri ikut menyalakan lilin dan menyanyikan lagu nasional Indonesia untuk Ahok, misalnya di Perth, Australia Barat pada Sabtu, 13 Mei 2107 di Taman Sir James Mitchell. Dalam poster yang tersebar di jejaring sosial tersebut bertuliskan ‘Calling to All WNI, For Unity’.
Aksi serupa juga digelar di Sydney Opera House. Acara yang mengusung tema ‘Justice For Ahok’ direncanakan pada hari Minggu, 14 Mei 2017.