Front Pembela Islam (FPI) tampak mengambil jarak dan menyatakan mendukung Pancasila.
Kepada BBC Indonesia, Ki Agus M Choiri selaku Ketua Bantuan Hukum Front FPI Jawa Barat menyatakan pihaknya berbanding terbalik dengan HTI.
“Dari pertama, kami berbeda sikap dengan HTI. Kami beranggapan Indonesia ini negara tauhid dengan Pancasila dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Tapi, sebaliknya, HTI menganggap Indonesia adalah thogut (sesuatu yang disembah selain Allah),” ujar Choiri.
Dia kemudian merujuk tesis yang disusun Rizieq Shihab mengenai Pancasila dan hubungannya dengan Quran. “Kami di FPI, tentunya, mendukung Pancasila dan NKRI,” cetusnya.
Meski demikian, Choiri tidak menepis kebersamaan FPI dan HTI dalam gelombang protes menentang gubernur petahana DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama dalam aksi yang disebut bela Islam 212, 411, dan sebagainya.
“Adapun HTI berkumpul bersama FPI dalam 212 dan gerakan-gerakan lainnya, itu karena Islamiahnya. Tapi, untuk pandangannya terhadap Pancasila, terhadap UUD 1945, jelas berbeda antara kami dan HTI,” ucap Choiri.
Bukan arus utama
Sikap FPI yang memilih mengambil jarak dengan HTI sejalan dengan pandangan Rumadi Ahmad selaku Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
Rumadi memperkirakan bakal ada respons solidaritas dari ormas seperti HTI, tapi respons semacam itu relatif kecil jika dibandingkan dengan gerakan ormas Islam arus utama.
“Seruan solidaritas mungkin akan muncul dari sejumlah organisasi yang secara ideologi punya irisan dengan HTI. Tapi saya tidak terlalu khawatir karena mainstream dari arus gerakan Islam yang ada di Indonesia bisa menerima Pancasila dan NKRI sebagai dasar negara,” kata Rumadi.