Nasional

Bisnis Kuliner Di Bulan Suci Ramadan Penuh Berkah

mixberita.com – Tahun lalu, industri makanan dan minuman Lebaran mencatat angka perputaran uang mencapai Rp400 triliun.

Aroma telur dan mentega menguar di udara. Menyeruak ke seluruh sudut ruangan. Beberapa ibu tampak sibuk mencetak bulatan-bulatan adonan tepung, sebagian lain menabur gula di atas adonan jadi.

Seorang wanita berkerudung terlihat hati-hati memasukan loyang ke dalam oven besar di dekat jendela. Sesekali ia meniup jarinya kepanasan tersenggol oven. Tetapi, rona kepuasan tergambar jelas saat melihat barisan kue berjejer rapi di dalam toples.

Industri rumahan yang telah berdiri sejak 15 tahun silam ini terus bergeliat. Apalagi jelang Ramadan seperti saat ini, pesanan kue-kue kering membeludak sebagai sajian khas hari raya.

Adalah Fairuz Faizal atau karib disapa Iloet, artis berambut ikal yang menggeluti bisnis kue kering ini. Pemain film ‘Mereka Bilang, Saya Monyet’ ini tak bergerak sendiri. Bersama rekannya, mantan dokter gigi, Liche Lidiawati, begitu serius membesarkan bisnis kue kering berlabel ‘Yorya Premium Cookies’.

“Kalau saya bergabung baru empat tahun lalu. Awalnya pas saya lagi hamil dan agak sedikit repot kalau beraktivitas di luar rumah. Kebetulan tertarik gabung sama teman saya ini,” kata Iloet saat berbincang dengan Dream via telepon, awal pekan lalu.

Kata Iloet, sebenarnya usaha mereka merupakan bisnis tahunan, hanya fokus menjelang Idul Fitri. Pesanan banyak berdatangan satu hingga dua bulan jelang Ramadan. Tapi tak menutup kemungkinan mereka menerima pesanan di hari-hari biasa.

“100 persen pelanggan saya itu teman sendiri, jadi nggak mahal-mahal jualnya. Saya kenal mereka secara personal. Kisaran harga jual Rp85.000-95.000 per toples,” kata dia.

Komunikasi personal menjadi kekuatan mereka berpromosi. Tak main-main, sederet artis seperti Reza Rahardian, Wendy Cagur, Shiren Sungkar dan presenter infotaiment Shafira tahun lalu sudah menjadi pelanggan setia.

Meskipun begitu, hingga kini Iloet dan Liche belum tertarik memanfaatkan media sosial untuk berpromosi. Iloet mengaku sudah cukup puas dengan cara yang ia lakukan saat ini. Bagi dia, ini bukan semata bisnis, tetapi ajang bersilaturahim dengan rekan sesama selebritis.

“Tahun ini, Alhamdulillah, sudah ada Soimah yang memesan. Ini kan barang fragile. Kalau mau, diantar pakai ojek. Jadi sebisa mungkin saya antar sendiri. Karena ini pertemanan, sekalian ngobrol dibuat santai momen silaturahim,” ungkapnya.

Awalnya, Iloet hanya butuh modal tak sampai Rp10 juta. Dia langsung merasakan keuntungan lumayan besar setelah lebaran. Omzet usaha itu naik pesat dari tahun ke tahun, membuatnya mantap menambah investasi.

“Tahun pertama ke kedua itu naik 100 persen, tahun kedua ke ketiga itu naik cuma 60 persen. Tahun ini semoga nambah enam kali lebih cepat ya,” kata dia.

Hingga minggu kedua bulan Ramadan, Iloet masih bersiap menerima pesanan yang datang. Terkadang ia sering bilang agar memesan secepat mungkin agar tak kehabisan stok.

***

Ramadan memang menjadi bulan penuh berkah. Tidak hanya melalui ibadah, keberkahan itu dapat diraih juga melalui bisnis, terutama di sektor makanan dan minuman.

Coba tengok laporan Kementerian Perindustrian soal peningkatan produksi industri kue kering rumahan. Pada 2015 lalu, industri ini mengalami peningkatan produksi mencapai 50 persen dalam kurun waktu selama Ramadan.

Data senada diungkapkan Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI). Dalam kurun waktu triwulan pertama 2016, terdapat peningkatan pendapatan di sektor industri makanan dan minuman sebesar 7,79 persen.

Angka itu menyumbang perputaran uang mencapai Rp400 triliun. Jumlah ini ditargetkan meningkat 10 persen pada triwulan kedua 2016 menjadi Rp440 triliun.

Besarnya perputaran uang di sektor industri makanan dan minuman ini tentu menggiurkan banyak pihak. Sebagian dari mereka ingin mencicipi gurihnya bisnis ini tanpa harus meninggalkan profesi keseharian.

Sebut saja Heidy Noor Fitriana, marketing di salah satu bank swasta ini juga ikut terjun mencecap keuntungan bisnis kuliner sebagai pekerjaan sampingan. Berawal dari kegemaran memasak, Heidy memberanikan diri memasarkan brownies buatannya.

“Brownies banyak ya, tapi toping yang saya pakai masih jarang di luaran seperti Toblerone, Silver Queen dan Kit-Kat,” ujar Heidy.

Brownies yang dijual dengan brand ‘Bobois Kitchen’ ini melayani topping custom seperti tiramisu atau nutela. Namun harganya sedikit agak mahal. Untuk brownies berukuran 30 x 10 centimeter biasanya ia hargai Rp75.000 saja. Sedangkan permintaan khusus ia tambahkan Rp5.000.

Dua tahun lalu ia hanya berbekal keberanian dan memulai usaha dengan modal di bawah Rp1 juta. Dengan bantuan media sosial, bisnisnya meningkat pesat saat Ramadan. Bahkan omzet puasa tahun lalu meningkat hingga 100 persen. Hasilnya, dia membeli kitchen set mewah.

Tetapi untuk Ramadan tahun ini ia tak lagi ‘ngoyo’ mendapatkan penghasilan tambahan. Sebagai Muslim, Heidy ingin fokus beribadah. Sehingga tahun ini ia hanya menarget penjualan naik 30 persen.

“Animo cukup besar tapi waktu terbatas biar kualitas nggak terganggu. Jadi, dua minggu sebelum lebaran kita sudah closed order,” imbuhnya.

Menjajakan kue lebaran memang susah-susah gampang. Hal itu diakui Amrikh Endah Palupi, seorang reporter di sebuah media online di Jakarta. Kesibukannya memburu berita tak menyurutkan niatnya untuk mencari penghasilan tambahan.

Tahun ini menjadi kesempatan pertama menerima tawaran menjadi reseller kue lebaran. “Lumayan, untuk menambah THR mudik ke kampung halaman,” kata dia.

Tawaran datang dari pemilik rumah kost yang dia tempati di kawasan Jakarta Selatan. Upi bertutur pemilik kosnya memiliki usaha rumahan membuat kue kering. Berbekal ponsel pintar, gadis berhijab ini bersemangat menyebarkan tawaran melalui pesan berantai.

Menjadi reseller membuatnya tak berani mengambil banyak untung. Upi hanya mematok keuntungan sekitar 10-20 persen harga modal. Berbagai kue seperti kastengel, putri salju, nastar dan lainnya siap dijual dengan harga Rp75.000-Rp80.000 per toples.

“Sambil liputan gitu biasanya aku bawa tester, jadi made by order,” imbuhnya.

Hingga seminggu jelang puasa, sudah beberapa orang ingin memesan. Meski begitu, para pemesan belum menyatakan kepastian berapa toples yang mereka inginkan.

Sementara ini, Upi hanya berniat menjual pada rekan kerja dan saudara. Ke depan ia berharap agar usaha yang mulai dirintisnya dapat berlanjut meskipun di luar hari raya.

Bisnis kuliner saat Ramadan dan jelang Lebaran selalu menawarkan keuntungan lumayan tinggi. Jadi siapa yang tak akan tergiur?

Bisnis Kuliner Di Bulan Suci Ramadan Penuh Berkah
To Top